Kamis, 29 Mei 2014

Analisis Laporan Keuangan


MAKALAH
AKUNTANSI PERBANKAN

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok Mata Kuliah Akuntansi Perbankan

Disusun oleh:
Lina Fatinah                          1123020052
Mia                                         11230200



 







JURUSAN MU’AMALAH
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UIN SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2014


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah yang tak hentinya memberikan nikmat keimanan, keislaman, dan kesehatan pada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat pada waktunya. Tak lupa shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi SAW yang diutus oleh Allah SWT ke muka bumi ini sebagai rahmatan lil ‘alamin.
Penyusun menyadari dan meyakini sepenuhnya bahwa penyelesaian makalah ini selain berkat dengan pertolongan Allah, juga atas dukungan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, kami sebagai penyusun mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada pihak-pihak yang telah mendukung secara langsung maupun tidak.
Selain mengucapkan terima kasih, penyusun pun sangat menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah selanjutnya menjadi lebih baik.




Bandung, Mei 2014



Penyusun



DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
A.    Latar Belakang Masalah........................................................................................ 1
B.     Rumusan Masalah................................................................................................. 2
C.     Tujuan.................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................ 3
A.    Laporan Keuangan Sebagai Alat Analisis............................................................. 3
B.     Analisis Neraca...................................................................................................... 5
C.     Analisis Laba Rugi................................................................................................ 11
BAB III PENUTUP........................................................................................................ 15
A.    Kesimpulan............................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 16




BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Hasil pengolahan data akuntansi dalam bentuk laporan keuangan merupakan informasi keuangan yang sangat penting baik bagi manajemen itu sendiri maupun pihak-pihak luar yang berkepentingan. Informasi dalam laporan keuangan sangat diperlukan dalam pengambilan berbagai keputusan penting. Karena itu laporan keuangan harus dapat diyakini kelengkapan dan kewajarannya agar tidak memberikan gambaran yang keliru bagi para pemakainya. Untuk menghasilkan laporan keuangan yang baik tentu tidak lepas dari proses akuntansi keseluruhannya.
Penyajian laporan keuangan adalah untuk memberikan gambaran mengenai hasil-hasil yang telah dicapai dalam satu periode waktu yang telah berlalu (past performance).
Selanjutnya laporan keuangan berfungsi pula sebagai alat pertanggungjawaban manajemen baik kepada pemilik maupun otoritas moneter serta instansi-instansi lainnya yang berkepentingan.
Karena itu, angka-angka yang tercantum dalam laporan keuangan perlu diolah melalui metode analisis tertentu sehingga dapat digunakan sebagai alat pengambilan keputusan-keputusan.
     Dengan itu, di sini akan dibahas tentang laporan keuangan sebagai alat analisis, dengat tujuan penggunaan analisis rasio ini untuk keperluan perencanaan, selanjutnya dibahas beberapa rasio keuangan yang berkaitan dengan Neraca dan rasio-rasio keuangan berdasarkan data Laporan Laba-Rugi.



B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penggunaan analisis rasio untuk keperluan perencanaan dalam laporan keuangan?
2. Bagaimana Rasio keuangan yang berkaitan dengan Neraca?
3. Bagaimana rasio keuangan berdasarkan data laporan Laba-Rugi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui penggunaan analisis rasio untuk keperluan perencanaan dalam laporan keuangan
2. Untuk mengetahui rasio keuangan yang berkatian dengan Neraca
3. Untuk mengetahui Rasio keuangan berdasarkan data laporan Laba-Rugi











BAB II
PEMBAHASAN

A.    LAPORAN KEUANGAN SEBAGAI ALAT ANALISIS
Kepentingan umum para penyusunan peraturan-peraturan perbankan adalah menjamin keamanan uang para deposan. Akibatnya mereka cenderung menetapkan tingkat likuiditas yang tinggi dan rasio yang tinggi atas modal terhadap aktiva. Bank yang mempunyai rasio dibawah yang ditetapkan atas modal terhadap aktiva wajib melakukan setoran tambahan modal dan dalam keadaan eksterm Bank terpaksa menghentikan aktivitasnya.
            Para pemegang saham sebaliknya mempunyai kepentingan atas maksimalisasi penghasilan atas dana yang mereka tanamkan dan pada umumnya memilih dana yang ditanamkan sekecil mungkin. Manajemen bank karenanya dihadapkan pada dua kepentingan yang berbeda dan bahkan saling bertentangan, yaitu menjamin keamanan uang para deposan. Sedangkan pada saat yang bersamaan memaksimalkan hasil penanaman dana para pemegang saham.
            Dalam beberapa hal, para pemegang saham, manajemen atau keduanya dapat memilih penundaan sementara pendapatan untuk mencapai peningkatan pertumbuhan aktiva dengan penekanan perolehan simpanan-simpanan tanpa menghiraukan biayanya. Keadaan ini sering memperlemah posisi modal sendiri dan dapat diwajibkan adanya tambahan setoran untuk memenuhi ketentuan yang berlaku. Sebaiknya pertumbuhan aktiva akan memberikan peluang yang lebih besar dalam peningkatan laba bank.
            Daftar dibawah ini merupakan ilustrasi yang menunjukkan hubungan antara pertumbuhan aktiva, laba yang ditahan dan modal.



Laba yang diperlukan untuk menjamin
Tersedianya Modal pada Tingkat Rasio 8% dari Aktiva
Tingkat Presentase
Pertumbuhan Aktiva
Rata-Rata Aktiva
Laba ditahan yang diperlukan
dalam presentase terhadap
8%
0,62%
9%
0,69%
10%
0,76%
11%
0,83%
12%
0,91%
13%
0,98%
14%
1,05%
15%
1,12%

            Dalam hal ini inginkan rasio rata-rata atas modal terhadap aktiva meningkat. Maka presesentase laba yang diperlukan untuk ditahan terhadap rata-rata aktiva juga bertambah. Misalnya, suatu bank dengan rasio modal terhadap aktiva sebesar 10% memerlukan laba yang ditahan sebanding dengan 0,76% dari rata-rata aktiva untuk mempertahankan rasio modal terhadap aktiva diatas.
            Apabila rasio modal terhadap aktiva adalah 7% maka laba yang ditahan hanyalah sebanding dengan 0,67% dari rata-rata aktiva untuk tetap dapat mempertahankan rasio modal aktiva sebesar7% diatas. Hasil keputusan-keputusan manajemen dalam pemasaran dan deferensiasi operasional tercermin di dalam laporan keuangan melalui analisa komposisi aktiva dan hutang serta sumber-sumbernya.
            Aparat otoritas menggunakan laporan keuangan dalam memberikan peringatan kepada bank yang menjelang menghadapi kesulitan keuangan. Para pencipta peraturan-peraturan perbankan telah menyediakan alat untuk sistem peringatan dini, yang terutama didasarkan pada rasio-rasio keuangan kunci kunci yang dihitung dari laporan-laporan keuangan bank bulanan, triwulan, tengah-tahunan dan tahunan.
            Hasil-hasil analisis laporan keuangan bank sangat bermanfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan, bahkan mempunyai pengaruh yang lebih luas dari jenis-jenis perusahaan-perusahaan lainnya. Bank-bank yang mengalami kegagalan umumnya mempunyai rasio yang lebih tinggi atas pinjaman terhadap aktiva, rasio yang lebih rendah atas modal terhadap aktiva, efisiensi yang lebih rendah dan rentabilitas yang lebih rendah dibandingkan dengan bank sejenis sebelum kegagalan. Walaupun penonjolan satu atau dua rasio-rasio diatas belum memberikan indikasi positif bahwa Bank dalam keadaan bahaya, namun rasio-rasio tersebut tetap merupakan indikator-indikator yang bermanfaat.


B.     ANALISIS NERACA
            Neraca Bank memperlihatkan perubahan komposisi aktiva dan utang. Neraca dapat diumpamakan sebagai foto yang menggambarkan posisi berhenti pada suatu saat tertentu yang memungkinkan dilakukannya analisis terhadap posisi keuangan. Untuk jelasnya akan digunakan rasio-rasio untuk menganalisis contoh neraca terlampir.
1.      Rasio Pinjaman Terhadap Simpanan Pihak Ketiga
Rasio pinjaman terhadap simpanan adalah rasio pertama dari rasio-rasio kunci yang menjadi sorotan utama dari para analisis Bank, yaitu membandingkan jumlah simpanan masyarakat yang telah diikatkan kepada pinjaman oleh manajemen Bank.
Misalkan rasio pinjaman terhadap simpanan pihak ketiga tahun 19XX adalah 76, 78%, dihitung sebagai berikut (Rp. Milions):
Pinjaman bersih
·      Ditambah cadangan kerugian                     Rp. 3. 881. 648, 00
Rp.     241. 221, 00
·      Ditambah penyertaan (yang dianggap       
Sama sebagai aktivitas pinjaman)               Rp.       83. 897, 00
                                                            Rp. 4. 206. 756, 00
·      Total simpanan pihak ketiga                       Rp. 5. 479. 221, 00
Rasio :  = 76, 78%
Analisis harus membandingkan rasio 76, 78% diatas terhadap rasio bank lain yang sejenis. Rasio tersebut harus diukur dengan memperhatikan kondisi perekonomian lokal, Nasional dan Internasional. Apabila rasio-rasio tersebut lebih tinggi dibandingkan rasio Bank sejenis, berarti dapat memberikan indikasi bahwa Bank memberikan komitmen kredit terlalu besar dan penanaman simpanan itu dapat mengakibatkan timbulnya masalah likuiditas yang membahayakan. Sebaliknya, dalam hal rasio termasuk lebih rendah, berarti Bank lebih mementingkan penanaman dananya dalam surat-surat berharga. Rendahnya rasio pinjaman terhadap simpanan masyarakat juga disebabkan karena rendahnya permintaan kredit sebagai akibat kondisi perekonomian yang tidak menguntungkan.
2.      Rasio Modal Terhadap Aktiva
Dibawah ini akan ditunjukkan tiga rasio mengenai modal terhadap aktiva. Rasio pertama adalah rasio modal pemegang saham terhadap aktiva yang dianggap sebagai rasio tradisional akuntansi untuk mengukur modal terhadap aktiva.
Rasio kedua adalah rasio modal pemegang saham ditambah surat utang yang dapat dikonversi surat saham terhadap aktiva. Pada umumnya surat utang yang dapat dikonversi surat saham merupakan surat utang subordinasi atas nama para pemegang saham. Rasio yang ketiga adalah rasio modal pemegang saham ditambah surat utang yang dapat dikonversi surat saham ditambah cadangan kerugian pinjaman terhadap aktiva. Cadangan kerugian pinjaman dapat dianggap sebagai modal.
Misalkan rasio-rasio tersebut diatas adalah sebagai berikut.
·       5, 21%
·      Modal pemegang saham ditambah surat utang yang dapat dikonversi surat saham.
Total  Aktiva
                    5, 21%
·      Modal pemegang saham ditambah surat utang yang dapat dikonversi surat saham ditambah cadangan kerugian pinjaman.

                  Total Aktiva

Kebutuhan minimal modal bank dianggap penting baik oleh otoritas moneter, penyelenggara Bank maupun para deposan. Misalnya ditetapkan rasio modal terhadap aktiva berkisar 6%, didalamnya 5, 50% harus terdiri dari modal primer. Modal primer termasuk modal saham biasa dan modal saham preferen, agio saham, laba ditahan, cadangan modal, utang yang dapat dikonversi surat saham, kepentingan minoritas berdasarkan neraca konsolidasi perusahaan-perusahaan afiliasi, hasil bersih dividen, dan bunga obligasi serta cadangan kerugian pinjaman. Modal sekunder terdiri dari utang-utang subordinasi, obligasi dan saham preferen yang terbatas jangka waktunya. Pada umumnya besarnya modal sekunder dibatasi sampai jumlah 50% dari modal primer.

        Pengelompokan Bank berdasarkan rasio diatas, misalnya:

·      Total modal terhadap total aktiva sebesar 7% dianggap mempunyai modal yang mencukupi dengan syarat tersedia modal primer  sesuai dengan ketentuan.
·      6 – 7% dianggap memenuhi syarat minimal dengan syarat ditunjang faktor-faktor keuangan lainnya.
·      Dibawah 6% dianggap kurang memenuhi kebutuhan permodalan tanpa memperhatikan faktor-faktor ekstern yang mungkin mempengaruhinya.

Cadangan Kerugian Pinjaman
Cadangan kerugian pinjaman pada hakikatnya tergantung kepada kondisi masing-masing Bank. Namun demikian, selalu terdapat pembatasan-pembatasan tertentu, misalnya dari pihak pajak. Dilihat dari otoritas moneter, ukurannya tertentu bersifat minimal, artinya makin kecil presentase dinilai makin sehat portofolio perkreditan Bank bersangkutan.
Didalam praktek mungkin terjadi jumlah penghapusan pinjaman yang besar, sedangkan cadangan yang tersedia kecil jumlahnya atau sebaliknya. Dalam hal demikian, analisis harus memberikan lebih besar perhatiannya karena kemungkinan telah terjadinya kesalahan-kesalahan atau penyimpangan-penyimpangan tertentu dalam perkreditan.
Sebagai pelengkap penilaian atas cadangan kerugian pinjaman, perlu diperhatikan pula rasio-rasio lainnya.
Pertama, rasio cadangan kerugian pinjaman terhadap penghapusan pinjaman,. Untuk mengukur kebutuhan cadangan yang diperlukan dapat dihitung sebagai berikut:

Rata-rata Kolektibilitas Pinjaman

Misalnya, rasio penghapusan piutang terhadap pinjaman adalah 4% dan rata-rata kolektibilitas pinjaman 2,5 tahun, berarti cadangan yang diperlukan minimal sebesar 2,5 x 4% = 10%.
Rasio kedua adalah cadangan kerugian pinjaman terhadap pinjaman yang tertagih. Sering terjadi tidak segera menghapuskan pinjaman yang tertagih, tetapi ditampung dalam suatu rekening tersendiri, antara lain karena cadangan tidak mencukupi. Makin besar rasio cadangan kerugian pinjaman terhadap pinjaman yang tak tertagih berarti makin kecil jumlah cadangan yang tersisa untuk pinjaman lainnya, bahkan kemungkinan tidak tersisa lagi.
Rasio-rasio tersebut diatas seharusnya dibandingkan dengan rasio bank sejenis,  namun pada akhirnya yang paling menentukan adalah penilaian analis. Dalam hubungan ini yang paling efektif adalah membandingkan trend perkembangan anatara bank dengan bank-bank sejenis.

3.      Aktiva Tetap
Lazimnya aktiva yang dimiliki Bank relative kecil dalam komposisi aktiva bank secara keseluruhan. Pada umumnya analisis akan memperhatikan rasio penanaman dana dalam aktiva tetap terhadap modal pemegang saham. Mengingat aktiva tetap merupakan aktiva tidak lancer yang tidak dapat diharapkan untuk dijadikan sebagai jaminan dalam pencairan dana-dana oleh pihak ketiga, maka besarnya dana yang dapat ditanamkan dalam bentuk aktiva tetap ditetapkan melalui pengaturan-pengaturan tertentu.

4.      Surat-surat Berharga
Komposisi penanaman dan bank menggambarkan kebijakan bank baik dalam prioritas penanaman maupun dalam pemeliharaan likuiditas. Penyebaran jatuh tempo dalam portofolio surat-surat berharga mencerminkan kebijakan likuiditas.

Keanekaragaman Dana Pihak Ketiga
Dana pihak ketiga merupakan pos-pos pertama yang muncul dalam neraca pada sisi utang. Keanekaragaman dan pihak ketiga sangat penting karena langsung akan mempengaruhi pendapatan bank. Pada saat ini terlihat kecenderungan menurunnya dana-dana dalam bentuk giro dan sebaliknya menanjaknya simpanan dalam bentuk tabungan dan deposito berjangka lainnya. Konsekuensinya adalah biaya bank makin bertambah besar yang pada gilirannya akan mempengaruhi perolehan laba bank. Karena itu, bank harus berusaha meningkatkan efisiensi dan meningkatkan volume usaha. Selain itu, perlu dianalisis sifat dana-dana bank, misalnya perlu diwaspadai dana-dana panas yang mudah berpindah dari satu bank ke bank lain atau lembaga keuangan lainnya yang memberikan imbalan atau jasa yang lebih besar.
Dalam hubungan ini perlu diteliti sisi aktiva neraca untuk menentukan apakah aktiva jangka pendek dapat dicairkan segera dan apakah dapat menutup kebutuhan likuiditas apabila dana-dana panas termaksud ditarik kembali. Apabila hasil pencairan aktiva jangka pendek tidak mencukupi, maka bank akan terpaksa menutupi kekurangannya dengan biaya mahal.

Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga
Dana pihak ketiga merupakan sumber dana bank untuk keperluan penyaluran kredit dan penanaman dana dalam bentuk lainnya. Karena itu, perlu setiap kali diperhatikan kurva perkembangan dan pertumbuhannya dari tahun ke tahun. Kurva tersebut tentu sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal, sehingga perlu dikaji peranannya dalam pertumbuhan dana masyarakat secara keseluruhan dari lembaga-lembaga sejenis untuk mengetahui pangsa pasar bank yang bersangkutan apakah memperoleh kemajuan atau kemunduran. Selain itu, perlu pula diperhatikan tingkat pertumbuhan diatas terhadap tingkat inflasi yang lebih tinggi menunjukkan penurunan simpanan masyarakat dalam nilai rupiah.


C.    ANALISIS LABA RUGI
Perhatian terhadap pentingnya laporan laba-rugi makin meningkat karena merupakan sumber utama tambahan modal baru. Sebagai ilustrasi rasio laba-rugi yang utama, adalah:
1.      Pendapatan Atas Rata-rata Aktiva Produktif, misalnya:

 =  = Rp. 11.01

Pengukuran pendapatan yang diperoleh dari aktiva produktif seperti contoh di atas dapat dihitung berdasarkan perbandungan acara pendapatan bunga terhadap aktiva produktif rata-rata dalam suatu periode tertentu.

2.      Bunga Yang Dibayar Atas Dana-dana
Tingkat biaya yang dibayar untuk dana-dana adalah lawan dari persentase pendapatan atas aktiva produktif. Rasio biaya-biaya bunga atas hutang yang berbeban bunga merupakan rasio biaya rata-rata atas dana-dana yang diterima Bank. Perhitungannya dilakukan dengan membagi biaya bunga dengan rata-rata dan pihak ke tiga dan pinjaman yang berbeban bunga yang dimanfaatkan Bank, yang dapat dirumuskan sebagai berikut:Biaya
 =  = 8,82 %

3.      Analisi Margin Bunga
Selisih antara rata-rata bunga yang diterima dengan rata-rata bunga yang dibayar merupakan margin bunga atau “interest spread”
Analisi margin bunga sangat penting karena perubahan tingkat suku bunga akan dapat mempengaruhi secara langsung tingkat profitabilitas Bank. Penurunan margin bunga dapat merupakan indikator mengecilnya laba Bank.
Margin bunga atau atau “interest spread” berdasarkan contoh diatas adalah 2,19% yaitu 11,01% - 8,82%.
Margin bunga dapat dianggap menggambarkan laba kotor, namun untuk kelengkapan hasil analisis perlu diperhatikan pula pengaruh-pengaruh dari dana-dana yang tidak berbeban bunga, dana modal serta perubahan yang terjadi dalam hubungan antara aktiva produktif dan hutang bebeban bunga, misalnya:
 =  = 3,33%

4.      Rasio Laba Bersih Terhadap Rata-rata Aktiva
Rasio laba bersih terhadap rata-rata aktiva merupakan ukurn kemampuan manajemen untuk menciptakan laba bersih, misalnya:

 =  = 1,24%

Rasio laba bersih terhadapa rata-rata aktiva juga secara umum dipakai untuk menggambarkan Bank. Rasio yang tinggi dibandingkan dengan Bank-Bank lain dan relatif konsisten atau dari waktu ke waktu meningkat terus memberikan idikasi bahwa Bank bekemampuan selalu menambah modal dasarnya dari laba yang ditahan. Rasio yang turun atau naik secara menyolok perlu mendapatkan pengamatan yang seksama. Perubahan yang cepat tersebut dapat memberikan petunjuk bahwa Bank sengaja memperkecil labanya, karena melakukan ekspansi usaha atau Bank sedang melibatkan diri pada pinjaman yang tinggi tingkat suku bunganya, tetapi menghadapi tantangan resiko yang besar pula. Rasio yang rendah dan relatif konsisten dapat merupakan petunjuk bahwa tingkat suku bunga pinjaman Bank lebih rendah dari bunga pasar atau Bank menanggung pinjaman macet yang parah. Rasio secara konsisten tinggi dapat memberikan petunjuk bahwa Bank memungut bunga pinjaman yang lebih tinggi dari bunga pasar, membayar biaya dana lebih rendah dari bunga pasar, mempekerjakan staf pegawai yang lebih sedikit, bekerja secara efisien atau karena kelebihan dana.

5.      Rasio Laba Bersih Terhadap Rata-rata Modal
Rasio laba bersih terhadap rata-rata modal adalah alat ukur lain untuk menilai kemampuan manajemen menghasilkan laba bersih, misalnya:

 =  = 22,52%

Rasio yang tinggi dibandingkan dengan Bank sejenis lain menunjukkan Bank bekerja lebih efisien atau modal dasar terhadap aktiva relatif lebih rendah dibandingkan dengan Bank lain, Bank lebih berhasil mengumpulkan dana pihak ketiga, makin besar kemungkinan Bank menciptakan keuntungan yang lebih besar labi bagi para pemegang saham, khususnya dalam hal masih memungkinkan Bank memperoleh selisih bunga yang cukup menguntungkan.

6.      Biaya Pegawai
Gaji, upah, bonus, tunjangan dan biaya-biaya pegawai lainnya merupakan pengeluaran terbesar kedua. Perbandingan antara biaya pegawai terhadap simpanan masyarakat dapat merupakan petunjuk tingkat efisiensi opersional Bank. Bank yang mempunyai cabang-cabang umumnya lebih banyak mepekerjakan tenaga kerja, sehingga dalam membuat perbandingan antar Bank perlu diperhatikan status masing-masing Bank.
Biaya pegawai untuk setiap Rp. 1.000.000,00 simpanan masyarakat, misalnya:

 = Rp. 15.63

Rasio lainnya adalah menghitung perbandingan simpanan masyarakat terhadap banyak pegawai.

7.      Keuntungan Atau Kerugian Non-Operasional
Bank-Bank dari waktu ke waktu mengalami transaksi-transaksi yang hasilnya diluar sumber-sumber tradisional. Misalnya penjualan gedung dan inventaris bekas, keuntungan hasil penanaman modal pada perusahaan-perusahaan dan sebagainya telah besar peranannya dalam laba Bank secara keseluruhan.
Hal-hal tersebut perlu diperhatikan agar tidak memberikan gambaran yang keliru mengenai hasil usaha Bank, terutama apabila dibandingan antara satu Bank dengan Bank lainnya.
Di dalam laporan keuangan, khususnya laporan laba rugi tentu diharapkan bahwa semua Bank akan melaporkan secara terinci hasil usahanya.







BAB III
KESIMPULAN

Hasil-hasil analisis laporan keuangan bank sangat bermanfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan, bahkan mempunyai pengaruh yang lebih luas dari jenis-jenis perusahaan-perusahaan lainnya. Bank-bank yang mengalami kegagalan umumnya mempunyai rasio yang lebih tinggi atas pinjaman terhadap aktiva, rasio yang lebih rendah atas modal terhadap aktiva, efisiensi yang lebih rendah dan rentabilitas yang lebih rendah dibandingkan dengan bank sejenis sebelum kegagalan. Walaupun penonjolan satu atau dua rasio-rasio diatas belum memberikan indikasi positif bahwa Bank dalam keadaan bahaya, namun rasio-rasio tersebut tetap merupakan indikator-indikator yang bermanfaat.
Neraca Bank memperlihatkan perubahan komposisi aktiva dan utang. Neraca dapat diumpamakan sebagai foto yang menggambarkan posisi berhenti pada suatu saat tertentu yang memungkinkan dilakukannya analisis terhadap posisi keuangan. Untuk jelasnya akan digunakan rasio-rasio untuk menganalisis diantaranya; rasio pinjaman terhadap simpanan pihak ketiga, rasio modal terhadap aktiva, aktiva tetap, dan surat-surat berharga.
Perhatian terhadap pentingnya laporan laba-rugi makin meningkat karena merupakan sumber utama tambahan modal baru. Sebagai ilustrasi rasio laba-rugi yang utama, adalah; pendapatan atas rata-rata aktiva produktif, bunga yang dibayar atas dana-dana, analisi margin bunga, rasio laba bersih terhadap rata-rata aktiva, rasio laba bersih terhadap rata-rata modal, biaya pegawai, dan keuntungan atau kerugian non-operasional



DAFTAR PUSTAKA



1 komentar: