BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pada
dasarnya setiap ilmu pengetahuan satu dan lainnya saling berhubungan. Namun
hubungan tersebut ada yang sifatnya berdekatan, yang pertengahan dan ada pula
yang agak jauh.[1]
Ilmu yang hubungannya dengan Ilmu Akhlak dapat dikategorikan berdekatan antara
lain Ilmu Tasawuf, Ilmu Tauhid, Ilmu Pendidikan, Ilmu Jiwa dan Filsafat.
Sedangkan ilmu-ilmu yang hubungannya dengan Ilmu Akhlak dapat dikategorikan
pertengahan adalah Ilmu Hukum, Ilmu Sosial, Ilmu Sejarah, dan Ilmu Antropologi.
Dan ilmu-ilmu yang agak jauh hubungannya dengan Ilmu Akhlak adalah Ilmu Fisika,
Ilmu Biologi, dan Ilmu Politik.1
Dalam uraian berikut ini akan dibahas beberapa hubungan antara Ilmu Akhlak dengan ilmu lainnya, diantaranya:
Dalam uraian berikut ini akan dibahas beberapa hubungan antara Ilmu Akhlak dengan ilmu lainnya, diantaranya:
1.
Apakah hubungan antara Ilmu Akhlak dengan Ilmu
Tauhid?
2.
Apakah hubungan antara Ilmu Akhlak dengan Ilmu
Tasawuf?
3.
Apakah hubungan antara Ilmu Akhlak dengan Ilmu
Filsafat?
4.
Apakah hubungan antara Ilmu Akhlak dengan Hukum
Islam?
B. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini
bertujuan untuk menerangkan tentang korelasi ilmu akhlak dengan ilmu lainnya
sehingga para pembaca yang awalnya kurang paham bisa memahami secara lebih
baik.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Hubungan antara Ilmu
Akhlak dengan Ilmu Tauhid
Hubungan antara Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tauhid
merupakan hubungan yang bersifat berdekatan, sebelum membahas lebih jauh apa
hubungan antara Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tauhid terlebih dahulu kita mengingat
kembali apa pengertian Ilmu Akhlak dan Ilmu Tauhid. Menurut Ibn Maskawih Akhlak
adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan
dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbamgan, sedangkan Ilmu Tauhid
adalah Ilmu yang membahas tentang cara-cara mengEsakan Tuhan sebagai salah satu
sifat yang terpenting diantar sifat Tuhan lainnya.[2]
Hubungan Ilmu antara Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tauhid
dapat dilihat melalui beberapa analisis, yaitu :
1.
Dilihat dari segi obyek
pembahasannya, Ilmu Tauhid sebagaimana diuraikan di atas membahas masalah Tuhan
baik dari segi zat, sifat, dan perbuatan-Nya. Kepercayaan yang mantap kepada
Tuhan yang demikian itu, akan menjadi landasan sehingga perbuatan yang
dilakukan manusia semata-mata karena Allah SWT. Dengan demikian Ilmu Tauhid
akan mengarahkan perbuatan manusia menjadi ikhlas dan keikhlasan ini merupakan
salah satu akhlak yang mulia. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Bayyinah, 98: 5)
yang artinya:
Padahal mereka tidak disuruh supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus.
Padahal mereka tidak disuruh supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus.
2.
Dilihat dari segi
fungsinya, Ilmu Tauhid menghendaki agar seseorang yang bertauhid tidak hanya cukup
dengan menghafal rukun iman yang enam dengan dalil-dalilnya saja, tetapi yang
terpenting adalah agar orang yang bertauhid itu meniru dan mencontoh terhadap
subyek yang terdapat dalam rukun iman itu. Misalnya jika seseorang beriman
kepada malaikat, maka yang dimaksudkan antara lain adalah agar manusia meniru
sifat-sifat yang terdapat pada malaikat, seperti sifat jujur, amanah, tidak
pernah durhaka dan patuh melaksanakan segala yang diperintahkan Tuhan, percaya
kepada malaikat juga dimaksudkan agar manusia merasa diperhatikan dan diawasi
oleh para malaikat, sehingga ia tidak berani melanggar larangan Tuhan. Dengan
cara demikian percaya kepada malaikat akan membawa kepada perbaikan akhlak yang
mulia. Allah berfirman dalam QS. Al-Tahrim, 66: 6) yang artinya:
(Malaikat-malaikat) itu tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka yang selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
Dari uraian yang agak panjang lebar ini dapat
dilihat dengan jelas adanya hubungan yang erat antara keimanan yang dibahas
dalam Ilmu Tauhid dengan perbuatan baik yang dibahas dalam Ilmu Akhlak. Ilmu
Tauhid tampil dalam memberikan bahasan terhadap Ilmu Akhlak, dan Ilmu Akhlak
tampil memberikan penjabaran dan pengamalan dari Ilmu Tauhid. Tauhid tanpa
akhlak yang mulia tidak akan ada artinya dan akhlak yang mulia tanpa Tauhid
tidak akan kokoh. Selain itu Tauhid memberikan arah terhadap akhlak, dan akhlak
memberi isi terhadap arahan tersebut. Disinilah letaknya hubungan yang erat dan
dekat antara Tauhid dan Akhlak.
B.
Hubungan antara Ilmu
Akhlak dengan Ilmu Tasawuf
Antara Ilmu Akhlak dan Ilmu Tasawuf memiliki
hubungan yang berdekatan. Pengertian Ilmu Tasawuf adalah Ilmu yang dengannya
dapat diketahui hal-hal yang terkait dengan kebaikan dan keburukan jiwa. Tujuan
Ilmu Tasawuf itu sendiri adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan cara
membersihkan diri dari perbuatan yang tercela dan menghias diri dengan
perbuatan yang terpuji. Dengan demikian dalam proses pencapaian tujuan
bertasawuf seseorang harus terlebih dahulu berakhlak mulia.
Pada dasarnya bertasawuf adalah melakukan serangkaian ibadah seperti shalat, puasa, zakat, haji, dan sebagainya. Hubungan antara Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tasawuf lebih lanjutr dapat diuraikan sebagai berikut:
Ketika mempelajari tasawuf ternyata pula bahwa Al-Qur'an dan Al-Hadist mementingkan akhlak. Al-Qur'an dan Al-Hadist menekankan nilai-nilai kejujuran, kesetiakawanan, persaudaraan, rasa kesosialan, rasa keadilan, tolong-menolong, murah hati, suka memberi maaf, sabar, baik sangka, berkata benar, pemurah, keramahan, bersih hati, berani, kesucian, hemat, menepati janji, disiplin, mencintai ilmu, dan berfikir lurus. Nilai-nilai serupa ini yang harus dimiliki oleh seorang muslim dan dimasukkan ke dalam dirinya dari semasa ia kecil.5
Jadi hubungan antara Ilmu Akhlak dan Ilmu Tasawuf dalam Islam ialah bahwa akhlak merupakan pangkal tolak tasawuf, sedangkan tasawuf adalah esensi dari akhlak itu sendiri.
Pada dasarnya bertasawuf adalah melakukan serangkaian ibadah seperti shalat, puasa, zakat, haji, dan sebagainya. Hubungan antara Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tasawuf lebih lanjutr dapat diuraikan sebagai berikut:
Ketika mempelajari tasawuf ternyata pula bahwa Al-Qur'an dan Al-Hadist mementingkan akhlak. Al-Qur'an dan Al-Hadist menekankan nilai-nilai kejujuran, kesetiakawanan, persaudaraan, rasa kesosialan, rasa keadilan, tolong-menolong, murah hati, suka memberi maaf, sabar, baik sangka, berkata benar, pemurah, keramahan, bersih hati, berani, kesucian, hemat, menepati janji, disiplin, mencintai ilmu, dan berfikir lurus. Nilai-nilai serupa ini yang harus dimiliki oleh seorang muslim dan dimasukkan ke dalam dirinya dari semasa ia kecil.5
Jadi hubungan antara Ilmu Akhlak dan Ilmu Tasawuf dalam Islam ialah bahwa akhlak merupakan pangkal tolak tasawuf, sedangkan tasawuf adalah esensi dari akhlak itu sendiri.
C.
Hubungan antara Ilmu
Akhlak dengan Ilmu Filsafat
Sebagaimana Ilmu Tasawuf, Ilmu Filsafat juga
mempunyai hubungan yang berdekatan dengan Ilmu akhlak, dimana ilmu akhlak
merupakan salah satu cabang ilmu tasawuf. Pengertian Ilmu Filsafat adalah ilmu
pengetahuan yang berusaha menyelidiki segala sesuatu yang ada dan yang mungkin
ada dengan menggunakan pikiran. Filsafat memiliki bidang-bidang kajiannya
mencakup berbagai disiplin ilmu antara lain:
1.
Metafisika :
penyelidikan di balik alam yang nyata,
2.
Kosmologo :
penyelidikan tentang alam (filsafat alam),
3.
Logika
: pembahasan tentang cara berfikir cepat dan tepat,
4.
Etika
: pembahasan tentang timgkah laku manusia,
5.
Theodica
: pembahasan tentang ke-Tuhanan,
6.
Antropolog : pembahasan
tentang manusia
Dengan demikian, jelaslah bahwa etika/akhlak
termasuk salah satu komponen dalam filsafat. Banyak ilmu-ilmu yang pada mulanya
merupakan bagian filsafat karena ilmu tersebut kian meluas dan berkembang
akhirnya membentuk disiplin ilmu terendiri dan terlepas dari filsafat. Demikian
juga etika/akhlak, dalam proses perkembangannya, sekalipun masih diakui
sebagian bagian dalam pembahasan filsafat, kini telah merupakan ilmu yang mempunyai
identitas sendiri.
Selain itu filsafat juga membahas Tuhan, alam dan
makhluknya. Dari pembahasan ini akan dapat diketahui dan dirumuskan tentang
cara-cara berhubungan dengan Tuhan dan memperlakukan makhluk serta alam
lainnya. Dengan demikian akan diwujudkan akhlak yang baik terhadap Tuhan,
terhadap manusia, dan makhluk Tuhan lainnya. Jadi kesimpulannya hubungan antara
Ilmu Akhlak dengan Ilmu Filsafat adalah di dalam Ilmu filsafat dibahas hal-hal
yang berhubungan dengan etika/akhlak dan dibahas pula tentang Tuhan dan bahkan
menjadi cabang ilmu tersendiri yaitu Etika dan Theodica. Setelah mempelajari
ilmu-ilmu tersebut diharapkan dapat terwujud akhlak yang baik.
D. Hubungan antara Ilmu Akhlak dengan Hukum
Islam
Pengertian hukum islam atau hukum syara' menurut
ulama ushul ialah doktrin (kitab) syari’ yang bersangkutan dengan perbuatan
orang-orang mukallaf yang bersangkutan dengan perbuatan orang-orang mukallaf
secara perintah atau diperintahkan memilih atau berupa ketetapan (taqrir).
Sedangkan menurut ulama fiqh hukum syara ialah efek yang dikehendaki oleh kitab
syari’ dalam perbuatan seperti wajib, haram dan mubah. Hukum Islam berarti
keseluruhan ketentuan-ketentuan perintah Allah yang wajib diturut (ditaati)
oleh seorang muslim. Dan di dalamnya termuat Ilmu Akhlak.
Pokok pembicaraan mengenai hubungan akhlak dengan
ilmu hukum adalah perbuatan manusia. Tujuannya mengatur hubungan manusia untuk
kebahagiannya.
Hubungan antara Ilmu Akhlak dengan Hukum Islam adalah akhlak dapat mendorong manusia untuk tidak berfikir dalam keburukan, tidak mengkhayal yang tidak berguna, sedangkan hukum dapat menjaga hak milik manusia dan mencegah orang untuk melanggar apa yang tidak boleh dikerjakan.
Selain itu, di dalam hukum terdapat sanksi-sanksi yang dapat memberi hukuman bagi seorang yang memiliki akhlak buruk. Misalnya saja suatu ketika ada seseorang yang berakhlak kurang baik melakukan suatu tindakan buruk contohnya mencuri, dia akan mendapatkan sanksi, karena secara hukum dia telah melakukan pelanggaran. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa hubungan antara Ilmu Akhlak dengan hukum disini adalah dalam hukum terdapat perintah dan larangan, jika melaksanakan yang diperintahkan berarti dapat dikatakan berakhlak baik, namun jika melanggar apa yang diperintahkan maka dapat dikatakan akhlaknya buruk, dan hukum memberi balasan atas baik buruknya akhlak.
Hubungan antara Ilmu Akhlak dengan Hukum Islam adalah akhlak dapat mendorong manusia untuk tidak berfikir dalam keburukan, tidak mengkhayal yang tidak berguna, sedangkan hukum dapat menjaga hak milik manusia dan mencegah orang untuk melanggar apa yang tidak boleh dikerjakan.
Selain itu, di dalam hukum terdapat sanksi-sanksi yang dapat memberi hukuman bagi seorang yang memiliki akhlak buruk. Misalnya saja suatu ketika ada seseorang yang berakhlak kurang baik melakukan suatu tindakan buruk contohnya mencuri, dia akan mendapatkan sanksi, karena secara hukum dia telah melakukan pelanggaran. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa hubungan antara Ilmu Akhlak dengan hukum disini adalah dalam hukum terdapat perintah dan larangan, jika melaksanakan yang diperintahkan berarti dapat dikatakan berakhlak baik, namun jika melanggar apa yang diperintahkan maka dapat dikatakan akhlaknya buruk, dan hukum memberi balasan atas baik buruknya akhlak.
Dari penyampaian tersebut diatas dapat dipahami
bahwa hubungan antara akhlak dengan ilmu-ilmu lainnya sangatlah erat, hal
tersebut disebabkan keduannya mempunyai titik pangkal yang sama yakni hati
nurani.[3]
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A.
Kesimpulan
· Hubungan
antara Ilmu Akhlak dan Ilmu Tauhid adalah Tauhid memberikan arah terhadap
akhlak, dan akhlak memberikan isi terhadap arahan tersebut.
· Hubungan
antara Ilmu Akhlak dan Ilmu Tasawuf adalah Akhlak merupakan pangkal tolak
tasawuf, sedangkan tasawuf adalah esensi dari akhlak itu sendiri.
· Hubungan
antara Ilmu Akhlak dengan Ilmu Filsafat adalah di dalam Ilmu filsafat dibahas
hal-hal yang berhubungan dengan etika/akhlak dan dibahas pula tentang Tuhan dan
bahkan menjadi cabang ilmu tersendiri yaitu Etika dan Theodica. Setelah
mempelajari ilmu0ilmu tersebut diharapkan dapat terwujud akhlak yang baik.
· Hubungan
antara Ilmu Akhlak dengan hukum disini adalah dalam hukum terdapat perintah dan
larangan, jika melaksanakan yang diperintahkan berarti dapat dikatakan
berakhlak baik, namun jika melanggar apa yang diperintahkan maka dapat
dikatakan akhlaknya buruk, dan hukum memberi balasan atas baik buruknya akhlak.
http://fahmi170592islam.blogspot.com/2012/02/hubungan-ilmu-akhlak-dengan-ilmu-tauhid.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar