MAKALAH
AKUNTANSI PERBANKAN
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Kelompok Mata Kuliah Akuntansi Perbankan
Disusun oleh:
Lina Fatinah 1123020052
Mia 11230200
JURUSAN MU’AMALAH
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UIN SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2014
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kepada Allah yang tak hentinya memberikan nikmat
keimanan, keislaman, dan kesehatan pada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat pada waktunya. Tak lupa shalawat serta salam semoga tercurah
limpahkan kepada Nabi SAW yang diutus oleh Allah SWT ke muka bumi ini sebagai
rahmatan lil ‘alamin.
Penyusun
menyadari dan meyakini sepenuhnya bahwa penyelesaian makalah ini selain berkat
dengan pertolongan Allah, juga atas dukungan dari beberapa pihak. Oleh karena
itu, kami sebagai penyusun mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya
kepada pihak-pihak yang telah mendukung secara langsung maupun tidak.
Selain
mengucapkan terima kasih, penyusun pun sangat menyadari bahwa makalah ini jauh
dari kesempurnaan, maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun agar makalah selanjutnya menjadi lebih baik.
Bandung,
Mei 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
A.
Latar Belakang Masalah........................................................................................ 1
B.
Rumusan Masalah................................................................................................. 2
C.
Tujuan.................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................ 3
A.
Laporan Keuangan Sebagai Alat Analisis............................................................. 3
B.
Analisis Neraca...................................................................................................... 5
C.
Analisis Laba Rugi................................................................................................ 11
BAB III PENUTUP........................................................................................................ 15
A.
Kesimpulan............................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 16
BAB I
A.
Latar Belakang Masalah
Hasil pengolahan data akuntansi dalam bentuk laporan
keuangan merupakan informasi keuangan yang sangat penting baik bagi manajemen
itu sendiri maupun pihak-pihak luar yang berkepentingan. Informasi dalam
laporan keuangan sangat diperlukan dalam pengambilan berbagai keputusan
penting. Karena itu laporan keuangan harus dapat diyakini kelengkapan dan
kewajarannya agar tidak memberikan gambaran yang keliru bagi para pemakainya.
Untuk menghasilkan laporan keuangan yang baik tentu tidak lepas dari proses
akuntansi keseluruhannya.
Penyajian laporan keuangan
adalah untuk memberikan gambaran mengenai hasil-hasil yang telah dicapai dalam
satu periode waktu yang telah berlalu (past performance).
Selanjutnya
laporan keuangan berfungsi pula sebagai alat pertanggungjawaban manajemen baik
kepada pemilik maupun otoritas moneter serta instansi-instansi lainnya yang
berkepentingan.
Karena
itu, angka-angka yang tercantum dalam laporan keuangan perlu diolah melalui
metode analisis tertentu sehingga dapat digunakan sebagai alat pengambilan
keputusan-keputusan.
Dengan itu, di sini
akan dibahas tentang laporan keuangan sebagai alat analisis, dengat tujuan penggunaan
analisis rasio ini untuk
keperluan perencanaan, selanjutnya
dibahas beberapa rasio keuangan yang berkaitan dengan Neraca dan rasio-rasio
keuangan berdasarkan data Laporan Laba-Rugi.
B. Rumusan
Masalah
1. Bagaimana penggunaan analisis rasio untuk keperluan
perencanaan dalam laporan keuangan?
2. Bagaimana Rasio keuangan yang berkaitan dengan Neraca?
3. Bagaimana rasio keuangan berdasarkan data laporan
Laba-Rugi?
C.
Tujuan
1. Untuk mengetahui penggunaan analisis rasio untuk
keperluan perencanaan dalam laporan keuangan
2. Untuk mengetahui rasio keuangan yang berkatian dengan
Neraca
3. Untuk mengetahui Rasio keuangan berdasarkan data
laporan Laba-Rugi
BAB II
PEMBAHASAN
A.
LAPORAN KEUANGAN
SEBAGAI ALAT ANALISIS
Kepentingan umum para penyusunan
peraturan-peraturan perbankan adalah menjamin keamanan uang para deposan.
Akibatnya mereka cenderung menetapkan tingkat likuiditas yang tinggi dan rasio
yang tinggi atas modal terhadap aktiva. Bank yang mempunyai rasio dibawah yang
ditetapkan atas modal terhadap aktiva wajib melakukan setoran tambahan modal
dan dalam keadaan eksterm Bank terpaksa menghentikan aktivitasnya.
Para
pemegang saham sebaliknya mempunyai kepentingan atas maksimalisasi penghasilan
atas dana yang mereka tanamkan dan pada umumnya memilih dana yang ditanamkan
sekecil mungkin. Manajemen bank karenanya dihadapkan pada dua kepentingan yang
berbeda dan bahkan saling bertentangan, yaitu menjamin keamanan uang para
deposan. Sedangkan pada saat yang bersamaan memaksimalkan hasil penanaman dana
para pemegang saham.
Dalam
beberapa hal, para pemegang saham, manajemen atau keduanya dapat memilih
penundaan sementara pendapatan untuk mencapai peningkatan pertumbuhan aktiva
dengan penekanan perolehan simpanan-simpanan tanpa menghiraukan biayanya.
Keadaan ini sering memperlemah posisi modal sendiri dan dapat diwajibkan adanya
tambahan setoran untuk memenuhi ketentuan yang berlaku. Sebaiknya pertumbuhan
aktiva akan memberikan peluang yang lebih besar dalam peningkatan laba bank.
Daftar
dibawah ini merupakan ilustrasi yang menunjukkan hubungan antara pertumbuhan
aktiva, laba yang ditahan dan modal.
Laba yang diperlukan
untuk menjamin
Tersedianya Modal pada
Tingkat Rasio 8% dari Aktiva
Tingkat Presentase
Pertumbuhan Aktiva
Rata-Rata Aktiva
|
Laba ditahan yang
diperlukan
dalam presentase
terhadap
|
8%
|
0,62%
|
9%
|
0,69%
|
10%
|
0,76%
|
11%
|
0,83%
|
12%
|
0,91%
|
13%
|
0,98%
|
14%
|
1,05%
|
15%
|
1,12%
|
Dalam
hal ini inginkan rasio rata-rata atas modal terhadap aktiva meningkat. Maka
presesentase laba yang diperlukan untuk ditahan terhadap rata-rata aktiva juga
bertambah. Misalnya, suatu bank dengan rasio modal terhadap aktiva sebesar 10%
memerlukan laba yang ditahan sebanding dengan 0,76% dari rata-rata aktiva untuk
mempertahankan rasio modal terhadap aktiva diatas.
Apabila
rasio modal terhadap aktiva adalah 7% maka laba yang ditahan hanyalah sebanding
dengan 0,67% dari rata-rata aktiva untuk tetap dapat mempertahankan rasio modal
aktiva sebesar7% diatas. Hasil keputusan-keputusan manajemen dalam pemasaran
dan deferensiasi operasional tercermin di dalam laporan keuangan melalui
analisa komposisi aktiva dan hutang serta sumber-sumbernya.
Aparat
otoritas menggunakan
laporan keuangan dalam memberikan peringatan kepada bank yang menjelang
menghadapi kesulitan keuangan. Para pencipta peraturan-peraturan perbankan
telah menyediakan alat untuk sistem peringatan dini, yang terutama didasarkan
pada rasio-rasio keuangan kunci kunci yang dihitung dari laporan-laporan
keuangan bank bulanan, triwulan, tengah-tahunan dan tahunan.
Hasil-hasil
analisis laporan keuangan bank sangat bermanfaat bagi berbagai pihak yang
berkepentingan, bahkan mempunyai pengaruh yang lebih luas dari jenis-jenis
perusahaan-perusahaan lainnya. Bank-bank yang mengalami kegagalan umumnya
mempunyai rasio yang lebih tinggi atas pinjaman terhadap aktiva, rasio yang
lebih rendah atas modal terhadap aktiva, efisiensi yang lebih rendah dan
rentabilitas yang lebih rendah dibandingkan dengan bank sejenis sebelum
kegagalan. Walaupun penonjolan satu atau dua rasio-rasio diatas belum memberikan
indikasi positif bahwa Bank
dalam keadaan bahaya, namun rasio-rasio tersebut tetap merupakan indikator-indikator yang
bermanfaat.
B.
ANALISIS NERACA
Neraca
Bank memperlihatkan perubahan komposisi aktiva dan utang. Neraca dapat
diumpamakan sebagai foto yang menggambarkan posisi berhenti pada suatu saat
tertentu yang memungkinkan dilakukannya analisis terhadap posisi keuangan.
Untuk jelasnya akan digunakan rasio-rasio untuk menganalisis contoh neraca
terlampir.
1.
Rasio
Pinjaman Terhadap Simpanan Pihak Ketiga
Rasio
pinjaman terhadap simpanan adalah rasio pertama dari rasio-rasio kunci yang
menjadi sorotan utama dari para analisis Bank, yaitu membandingkan jumlah
simpanan masyarakat yang telah diikatkan kepada pinjaman oleh manajemen Bank.
Misalkan
rasio pinjaman terhadap simpanan pihak ketiga tahun 19XX adalah 76, 78%,
dihitung sebagai berikut (Rp. Milions):
Pinjaman
bersih
·
Ditambah cadangan
kerugian Rp. 3. 881.
648, 00
Rp. 241.
221, 00
·
Ditambah penyertaan
(yang dianggap
Sama sebagai aktivitas
pinjaman) Rp. 83. 897, 00
Rp. 4.
206. 756, 00
·
Total simpanan pihak
ketiga Rp. 5. 479.
221, 00
Rasio
: = 76, 78%
Analisis harus membandingkan rasio
76, 78% diatas terhadap rasio bank lain yang sejenis. Rasio tersebut harus
diukur dengan memperhatikan kondisi perekonomian lokal, Nasional dan
Internasional. Apabila rasio-rasio tersebut lebih tinggi dibandingkan rasio
Bank sejenis, berarti dapat memberikan indikasi bahwa Bank memberikan komitmen
kredit terlalu besar dan penanaman simpanan itu dapat mengakibatkan timbulnya
masalah likuiditas yang membahayakan. Sebaliknya, dalam hal rasio termasuk
lebih rendah, berarti Bank lebih mementingkan penanaman dananya dalam
surat-surat berharga. Rendahnya rasio pinjaman terhadap simpanan masyarakat
juga disebabkan karena rendahnya permintaan kredit sebagai akibat kondisi
perekonomian yang tidak menguntungkan.
2.
Rasio Modal Terhadap
Aktiva
Dibawah ini akan ditunjukkan tiga
rasio mengenai modal terhadap aktiva. Rasio pertama adalah rasio modal pemegang
saham terhadap aktiva yang dianggap sebagai rasio tradisional akuntansi untuk
mengukur modal terhadap aktiva.
Rasio kedua adalah rasio modal
pemegang saham ditambah surat utang yang dapat dikonversi surat saham terhadap
aktiva. Pada umumnya surat utang yang dapat dikonversi surat saham merupakan
surat utang subordinasi atas nama para pemegang saham. Rasio yang ketiga adalah
rasio modal pemegang saham ditambah surat utang yang dapat dikonversi surat
saham ditambah cadangan kerugian pinjaman terhadap aktiva. Cadangan kerugian
pinjaman dapat dianggap sebagai modal.
Misalkan rasio-rasio tersebut
diatas adalah sebagai berikut.
·
5, 21%
·
Modal pemegang saham
ditambah surat utang yang dapat dikonversi surat saham.
Total Aktiva
5, 21%
·
Modal pemegang saham
ditambah surat utang yang dapat dikonversi surat saham ditambah cadangan
kerugian pinjaman.
Total Aktiva
Kebutuhan
minimal modal bank dianggap penting baik oleh otoritas moneter, penyelenggara
Bank maupun para deposan. Misalnya ditetapkan rasio modal terhadap aktiva
berkisar 6%, didalamnya 5, 50% harus terdiri dari modal primer. Modal primer
termasuk modal saham biasa dan modal saham preferen, agio saham, laba ditahan,
cadangan modal, utang yang dapat dikonversi surat saham, kepentingan minoritas
berdasarkan neraca konsolidasi perusahaan-perusahaan afiliasi, hasil bersih
dividen, dan bunga obligasi serta cadangan kerugian pinjaman. Modal sekunder
terdiri dari utang-utang subordinasi, obligasi dan saham preferen yang terbatas
jangka waktunya. Pada umumnya besarnya modal sekunder dibatasi sampai jumlah
50% dari modal primer.
Pengelompokan Bank berdasarkan rasio
diatas, misalnya:
·
Total modal terhadap
total aktiva sebesar 7% dianggap mempunyai modal yang mencukupi dengan syarat
tersedia modal primer sesuai dengan
ketentuan.
·
6 – 7% dianggap
memenuhi syarat minimal dengan syarat ditunjang faktor-faktor keuangan lainnya.
·
Dibawah 6% dianggap
kurang memenuhi kebutuhan permodalan tanpa memperhatikan faktor-faktor ekstern
yang mungkin mempengaruhinya.
Cadangan
Kerugian Pinjaman
Cadangan kerugian pinjaman pada
hakikatnya tergantung kepada kondisi masing-masing Bank. Namun demikian, selalu
terdapat pembatasan-pembatasan tertentu, misalnya dari pihak pajak. Dilihat
dari otoritas moneter, ukurannya tertentu bersifat minimal, artinya makin kecil
presentase dinilai makin sehat portofolio perkreditan Bank bersangkutan.
Didalam praktek mungkin terjadi jumlah
penghapusan pinjaman yang besar, sedangkan cadangan yang tersedia kecil
jumlahnya atau sebaliknya. Dalam hal demikian, analisis harus memberikan lebih
besar perhatiannya karena kemungkinan telah terjadinya kesalahan-kesalahan atau
penyimpangan-penyimpangan tertentu dalam perkreditan.
Sebagai pelengkap penilaian atas
cadangan kerugian pinjaman, perlu diperhatikan pula rasio-rasio lainnya.
Pertama, rasio cadangan kerugian
pinjaman terhadap penghapusan pinjaman,. Untuk mengukur kebutuhan cadangan yang
diperlukan dapat dihitung sebagai berikut:
Rata-rata
Kolektibilitas Pinjaman
Misalnya, rasio penghapusan piutang
terhadap pinjaman adalah 4% dan rata-rata kolektibilitas pinjaman 2,5 tahun,
berarti cadangan yang diperlukan minimal sebesar 2,5 x 4% = 10%.
Rasio kedua adalah cadangan kerugian
pinjaman terhadap pinjaman yang tertagih. Sering terjadi tidak segera
menghapuskan pinjaman yang tertagih, tetapi ditampung dalam suatu rekening
tersendiri, antara lain karena cadangan tidak mencukupi. Makin besar rasio
cadangan kerugian pinjaman terhadap pinjaman yang tak tertagih berarti makin
kecil jumlah cadangan yang tersisa untuk pinjaman lainnya, bahkan kemungkinan
tidak tersisa lagi.
Rasio-rasio tersebut diatas seharusnya
dibandingkan dengan rasio bank sejenis,
namun pada akhirnya yang paling menentukan adalah penilaian analis.
Dalam hubungan ini yang paling efektif adalah membandingkan trend perkembangan
anatara bank dengan bank-bank sejenis.
3.
Aktiva Tetap
Lazimnya aktiva yang dimiliki Bank
relative kecil dalam komposisi aktiva bank secara keseluruhan. Pada umumnya
analisis akan memperhatikan rasio penanaman dana dalam aktiva tetap terhadap
modal pemegang saham. Mengingat aktiva tetap merupakan aktiva tidak lancer yang
tidak dapat diharapkan untuk dijadikan sebagai jaminan dalam pencairan
dana-dana oleh pihak ketiga, maka besarnya dana yang dapat ditanamkan dalam
bentuk aktiva tetap ditetapkan melalui pengaturan-pengaturan tertentu.
4.
Surat-surat Berharga
Komposisi penanaman dan bank
menggambarkan kebijakan bank baik dalam prioritas penanaman maupun dalam
pemeliharaan likuiditas. Penyebaran jatuh tempo dalam portofolio surat-surat
berharga mencerminkan kebijakan likuiditas.
Keanekaragaman Dana Pihak Ketiga
Dana pihak ketiga merupakan pos-pos
pertama yang muncul dalam neraca pada sisi utang. Keanekaragaman dan pihak
ketiga sangat penting karena langsung akan mempengaruhi pendapatan bank. Pada
saat ini terlihat kecenderungan menurunnya dana-dana dalam bentuk giro dan
sebaliknya menanjaknya simpanan dalam bentuk tabungan dan deposito berjangka
lainnya. Konsekuensinya adalah biaya bank makin bertambah besar yang pada
gilirannya akan mempengaruhi perolehan laba bank. Karena itu, bank harus
berusaha meningkatkan efisiensi dan meningkatkan volume usaha. Selain itu,
perlu dianalisis sifat dana-dana bank, misalnya perlu diwaspadai dana-dana
panas yang mudah berpindah dari satu bank ke bank lain atau lembaga keuangan
lainnya yang memberikan imbalan atau jasa yang lebih besar.
Dalam hubungan ini perlu diteliti sisi
aktiva neraca untuk menentukan apakah aktiva jangka pendek dapat dicairkan
segera dan apakah dapat menutup kebutuhan likuiditas apabila dana-dana panas
termaksud ditarik kembali. Apabila hasil pencairan aktiva jangka pendek tidak
mencukupi, maka bank akan terpaksa menutupi kekurangannya dengan biaya mahal.
Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga
Dana pihak ketiga merupakan sumber dana
bank untuk keperluan penyaluran kredit dan penanaman dana dalam bentuk lainnya.
Karena itu, perlu setiap kali diperhatikan kurva perkembangan dan
pertumbuhannya dari tahun ke tahun. Kurva tersebut tentu sangat dipengaruhi
oleh faktor-faktor eksternal, sehingga perlu dikaji peranannya dalam
pertumbuhan dana masyarakat secara keseluruhan dari lembaga-lembaga sejenis
untuk mengetahui pangsa pasar bank yang bersangkutan apakah memperoleh kemajuan
atau kemunduran. Selain itu, perlu pula diperhatikan tingkat pertumbuhan diatas
terhadap tingkat inflasi yang lebih tinggi menunjukkan penurunan simpanan
masyarakat dalam nilai rupiah.
C.
ANALISIS LABA RUGI
Perhatian terhadap pentingnya laporan laba-rugi makin
meningkat karena merupakan sumber utama tambahan modal baru. Sebagai ilustrasi
rasio laba-rugi yang utama, adalah:
1.
Pendapatan Atas
Rata-rata Aktiva Produktif, misalnya:
= = Rp. 11.01
Pengukuran pendapatan yang diperoleh dari aktiva
produktif seperti contoh di atas dapat dihitung berdasarkan perbandungan acara
pendapatan bunga terhadap aktiva produktif rata-rata dalam suatu periode
tertentu.
2.
Bunga Yang Dibayar
Atas Dana-dana
Tingkat biaya yang dibayar untuk dana-dana adalah lawan dari persentase
pendapatan atas aktiva produktif. Rasio biaya-biaya bunga atas hutang yang
berbeban bunga merupakan rasio biaya rata-rata atas dana-dana yang diterima
Bank. Perhitungannya dilakukan dengan membagi biaya bunga dengan rata-rata dan
pihak ke tiga dan pinjaman yang berbeban bunga yang dimanfaatkan Bank, yang
dapat dirumuskan sebagai berikut:Biaya
= = 8,82
%
3.
Analisi Margin Bunga
Selisih antara rata-rata bunga yang diterima dengan
rata-rata bunga yang dibayar merupakan margin bunga atau “interest spread”
Analisi margin bunga sangat penting karena perubahan
tingkat suku bunga akan dapat mempengaruhi secara langsung tingkat
profitabilitas Bank. Penurunan margin bunga dapat merupakan indikator
mengecilnya laba Bank.
Margin bunga atau atau “interest spread” berdasarkan contoh diatas adalah 2,19% yaitu
11,01% - 8,82%.
Margin bunga dapat dianggap menggambarkan laba kotor,
namun untuk kelengkapan hasil analisis perlu diperhatikan pula
pengaruh-pengaruh dari dana-dana yang tidak berbeban bunga, dana modal serta
perubahan yang terjadi dalam hubungan antara aktiva produktif dan hutang
bebeban bunga, misalnya:
= = 3,33%
4.
Rasio Laba Bersih
Terhadap Rata-rata Aktiva
Rasio laba bersih terhadap rata-rata aktiva merupakan
ukurn kemampuan manajemen untuk menciptakan laba bersih, misalnya:
= = 1,24%
Rasio laba bersih terhadapa rata-rata aktiva juga secara
umum dipakai untuk menggambarkan Bank. Rasio yang tinggi dibandingkan dengan
Bank-Bank lain dan relatif konsisten atau dari waktu ke waktu meningkat terus
memberikan idikasi bahwa Bank bekemampuan selalu menambah modal dasarnya dari
laba yang ditahan. Rasio yang turun atau naik secara menyolok perlu mendapatkan
pengamatan yang seksama. Perubahan yang cepat tersebut dapat memberikan
petunjuk bahwa Bank sengaja memperkecil labanya, karena melakukan ekspansi usaha
atau Bank sedang melibatkan diri pada pinjaman yang tinggi tingkat suku
bunganya, tetapi menghadapi tantangan resiko yang besar pula. Rasio yang rendah
dan relatif konsisten dapat merupakan petunjuk bahwa tingkat suku bunga
pinjaman Bank lebih rendah dari bunga pasar atau Bank menanggung pinjaman macet
yang parah. Rasio secara konsisten tinggi dapat memberikan petunjuk bahwa Bank
memungut bunga pinjaman yang lebih tinggi dari bunga pasar, membayar biaya dana
lebih rendah dari bunga pasar, mempekerjakan staf pegawai yang lebih sedikit,
bekerja secara efisien atau karena kelebihan dana.
5.
Rasio Laba Bersih
Terhadap Rata-rata Modal
Rasio laba bersih terhadap rata-rata modal adalah alat
ukur lain untuk menilai kemampuan manajemen menghasilkan laba bersih, misalnya:
= = 22,52%
Rasio yang tinggi dibandingkan dengan Bank sejenis lain
menunjukkan Bank bekerja lebih efisien atau modal dasar terhadap aktiva relatif
lebih rendah dibandingkan dengan Bank lain, Bank lebih berhasil mengumpulkan
dana pihak ketiga, makin besar kemungkinan Bank menciptakan keuntungan yang
lebih besar labi bagi para pemegang saham, khususnya dalam hal masih
memungkinkan Bank memperoleh selisih bunga yang cukup menguntungkan.
6.
Biaya Pegawai
Gaji, upah, bonus, tunjangan dan biaya-biaya pegawai
lainnya merupakan pengeluaran terbesar kedua. Perbandingan antara biaya pegawai
terhadap simpanan masyarakat dapat merupakan petunjuk tingkat efisiensi
opersional Bank. Bank yang mempunyai cabang-cabang umumnya lebih banyak
mepekerjakan tenaga kerja, sehingga dalam membuat perbandingan antar Bank perlu
diperhatikan status masing-masing Bank.
Biaya pegawai untuk setiap Rp. 1.000.000,00 simpanan
masyarakat, misalnya:
= Rp. 15.63
Rasio lainnya adalah menghitung perbandingan simpanan
masyarakat terhadap banyak pegawai.
7.
Keuntungan Atau
Kerugian Non-Operasional
Bank-Bank dari waktu ke waktu mengalami
transaksi-transaksi yang hasilnya diluar sumber-sumber tradisional. Misalnya
penjualan gedung dan inventaris bekas, keuntungan hasil penanaman modal pada
perusahaan-perusahaan dan sebagainya telah besar peranannya dalam laba Bank
secara keseluruhan.
Hal-hal tersebut perlu diperhatikan agar tidak memberikan
gambaran yang keliru mengenai hasil usaha Bank, terutama apabila dibandingan
antara satu Bank dengan Bank lainnya.
Di dalam laporan keuangan, khususnya laporan laba rugi
tentu diharapkan bahwa semua Bank akan melaporkan secara terinci hasil
usahanya.
BAB III
KESIMPULAN
Hasil-hasil analisis laporan keuangan
bank sangat bermanfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan, bahkan
mempunyai pengaruh yang lebih luas dari jenis-jenis perusahaan-perusahaan
lainnya. Bank-bank yang mengalami kegagalan umumnya mempunyai rasio yang lebih
tinggi atas pinjaman terhadap aktiva, rasio yang lebih rendah atas modal
terhadap aktiva, efisiensi yang lebih rendah dan rentabilitas yang lebih rendah
dibandingkan dengan bank sejenis sebelum kegagalan. Walaupun penonjolan satu
atau dua rasio-rasio diatas belum memberikan indikasi positif bahwa Bank dalam keadaan
bahaya, namun rasio-rasio tersebut tetap merupakan indikator-indikator yang
bermanfaat.
Neraca Bank memperlihatkan perubahan
komposisi aktiva dan utang. Neraca dapat diumpamakan sebagai foto yang
menggambarkan posisi berhenti pada suatu saat tertentu yang memungkinkan
dilakukannya analisis terhadap posisi keuangan. Untuk jelasnya akan
digunakan rasio-rasio untuk menganalisis diantaranya;
rasio pinjaman terhadap simpanan pihak ketiga, rasio modal terhadap aktiva, aktiva tetap, dan surat-surat berharga.
Perhatian terhadap pentingnya
laporan laba-rugi makin meningkat karena merupakan sumber utama tambahan modal
baru. Sebagai ilustrasi rasio laba-rugi yang utama, adalah; pendapatan atas
rata-rata aktiva produktif, bunga yang dibayar atas dana-dana, analisi margin bunga, rasio laba bersih terhadap rata-rata aktiva, rasio laba bersih
terhadap rata-rata modal, biaya pegawai, dan
keuntungan atau kerugian non-operasional
DAFTAR PUSTAKA
Tulisannya bagus tapi sayang nih, banyak yg hilang
BalasHapus